Kamis, 23 November 2017

Uji Kualitatif Protein


LAPORAN PRAKTIKUM
Uji Kualitatif Protein
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biokimia
Dosen 1: Epa Paujiah, M.Si.
Dosen 2: Asrianty Mas’ud, M.Pd.
Asisten Praktikum: Rizky Maulani





Disusun Oleh:
Aisah Fitriani  (1152060002)
Pendidikan Biologi V/A

                                                                                       

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2017




I.            Pendahuluan
Protein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup. Seperti halnya unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifat  dan fungsi. Sifat-sifat dan fungsi protein ditentukan oleh jenis dan urutan asam amino. Beberapa fungsi utama protein dalam organisme kehidupan antara lain; sebagai bahan penyusun selaput sel dan dinding sel, jaringan pengikat, pembentuk membran sel, mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai zat antibodi.
Di dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator.
Kita dapat memperoleh protein dari bahan makanan yang banyak mengandung protein, misalnya pada hewan terkandung protein hewani, sedangkan pada tumbuhan terkandung protein nabati.

1.1.Landasan Teori
Protein adalah sekelompok senyawa organik yang nyaris keseluruhannya terdiri atas karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Protein biasanya suatu polimer yang tersusun atas banyak subunit (monomer) yang dikenal sebagai asam amino. Asam amino yang biasanya ditemukan dalam protein menunjukkan struktur sebagai berikut (Fried dan Hademenos, 2006).
Protein merupakan makromolekul yang paling melimpah di dalam sel dan menyusun lebih dari setengah berat kering pada semua organisme. Sebagai makro molekul, protein merupakan senyawa organik yang mempunyai berat molekul tinggi dan berkisar antara beberapa ribu sampai jutaan dan tersusun dari C, H, O dan N serta unsur lainnya seperti S yang membentuk asam-asam amino. Semua protein pada semua makhluk, dibangun oleh oleh susunan dasar yang sama, yaitu 20 macam asam amino baku yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas biologis sedang protein sebagai enzim dan hormon mempunyai fungsi khusus. Disamping itu protein dapat berfungsi sebagai pembangun struktur, sumber energi, penyangga racun, pengatur pH dan bahkan sebagai pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi (Patong, dkk., 2012).
Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Samadi,2012).
Pembagian tingkat organisasi struktur protein ada empat kelas yakni struktur primer, struktur sekunder, dan struktur tersier. Sedangkan klasifikasi protein dibagi berdasarkan sifat biologisnya, berdasarkan sifat kelarutannya dan gugus prostetiknya (Katili, 2009).
Pada struktur primer ini ikatan antar asam amino hanya ikatan peptida (ikatan kovalen). Struktur ini dapat digambarkan sebagai rumus bangun yang biasa ditulis untuk senyawa organik. Pada ikatan ini tidak terdapat ikatan atau kekuatan lain yang menghubungkan asam amino dengan satu dan lainnya. Pada struktrur sekunder dimana rantai asam amino bukan hanya dihubungkan oleh ikatan peptida tetapi juga diperkuat oleh ikatan hidrogen. Karena ikatan peptida adalah planar maka dalam satu molekul protein dapat berotasi hanya Ca-N dan Ca-C terhadap sumbu (struktur primer), sehingga memungkinkan suatu protein yang disebut a-heliks. Struktur tersier terbentuk karena terjadinya pelipatan (folding) rantai a-heliks, konformasi b, maupun gulungan rambang suatu polipeptida, membentuk protein globular, yang struktur tiga dimensinya lebih rumit daripada protein serabut. Struktur kuartener terbentuk dari beberapa bentuk tersier dan bisa terdiri dari promoter yang sama atau yang berlainan. Agregasi dari banyak polipeptida dapat membentuk sebuah protein tunggal yang fungsional (Patong, dkk., 2012).
Fungsi protein ditentukan oleh konformasinya, atau pola lipatan tiga dimensinya, yang merupakan pola dari rantai polipeptida. Beberapa protein seperti keratin rambut dan bulu, berupa serabut, dan tersusun membentuk struktur linear atau struktur seperti lembaran dengan pola lipatan berulang yang teratur. Protein lainnya, seperti kebanyakan enzim, terlipat membentuk konformasi globular yang padat dan hampir menyerupai bentuk bola. Konformasi akhir bergantung pada berbagai macam interaksi yang terjadi (Kuchel dan Ralston, 2006).
Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang tidak disertai dengan tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi khas dari protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji protein (albumin) dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum tentu sama dengan pereaksi uji lainnya (Ariwulan, 2011).
Uji protein dengan metode identifikasi protein secara kualitatif dapat menggunakan prinsif (Khoiriah, 2012) :
Uji Biuret : pembentukan senyawa kompleks koordinat yang berwarna yang dibentuk oleh Cu²++ dengan gugus –CO dan –NH pada ikatan peptida dalam larutan suasana basa.
·         Pengendapan dengan logam  : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan logam berat.
·         Pengendapan dengan garam : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan ammonium sulfat.
·         Pengendapan dengan alkohol: pembentukan senyawa tak larut antara protein dan alkohol.
·         Uji koagulasi : perubahan bentuk yang ireversibel dari protein akibat dari pengaruh pemanasan.
·         Denaturasi protein : perubahan pada suatu protein akibat dari kondisi lingkungan yang sangat ekstrim.
Berbagai protein globular mempunyai daya kelarutan yang berbeda dalam air. Variabel yang mempengaruhi kelarutan ini adalah pH, kekuatan ion, sifat dielektrik pelarut, dan temperatur. Pemusahan protein dari campuran dengan pengaturan pH didasarkan pada harga pH isoelektrik yang berbeda-beda untuk tiap macam protein. Pada umumnya molekul protein mempunyai daya kelarutan minimum pada pH isoelektriknya. Pada pH isoelektriknya beberapa protein akan mengendap dari larutan, sehingga dengan cara pengaturan pH larutan, masing-masing protein dalam campuran dapat dipisahkan satu dari yang lainnya dengan teknik yang disebut pengendapan isoelektrik (Patong, dkk., 2012).
Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Hal ini terjadi pada albumin yang terkoagulasi setelah ditambahkan AgNO3 dan (CH3COO)2Pb. Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Protein juga mengendap bila terdapat garam-garam anorganik dengan konsentrasi yang tinggi dalam larutan protein. Berbeda dengan logam berat, garam-garam anorganik mengendapkan protein karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan protein untuk mengikat air. Pada percobaan, endapan yang direaksikan dengan pereaksi millon memberikan warna merah muda, dan filtrat yang direaksikan dengan biuret berwarna biru muda. Hal ini berarti ada sebagian protein yang mengendap setelah ditambahkan garam (Sri, 2012).
Denaturasi adalah proses yang mengubah struktur molekul tanpa memutuskan ikatan kovalen. Proses ini bersifat khusus untuk protein dan mempengaruhi protein yang berlainan dan sampai yang tingkat berbeda pula. Denaturasi dapat terjadi oleh berbagai penyebab yang paling penting adalah bahan, pH, garam, dan pengaruh permukaan. Denaturasi biasanya dibarengi oleh hilangnya aktivitas biologi dan perubahan yang berarti pada beberapa sifat fisika dan fungsi seperti kelarutan (Deman,1989).
Sebagian besar protein dapat diendapkan dari larutan air dengan penambahan asam tertentu seperti, asam trikloroasetat dan asam perklorat. Penambahan asam ini menyebabkan terbentuknya garam protein yang tidak larut. Zat pengendapan lainnya adalah tungstat, fosfotungstat dan metanofosfat. Protein juga diendapkan dengan kation tertentu seperti Zn2+ dan Pb2+ (Patong, dkk., 2012).

I.2. Tujuan Praktikum
Tujuan setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu mendeteksi keberadaan protein pada bahan pangan dengan uji kualitatif berdasarkan perubahan warna yang terbentuk.

II.            Metodologi Pengamatan
2.1.Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 11 oktober 2017, bertempatan di Laboratorium pendidikan Biologi UIN sgd Bandung lantai 3.


2.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Tabung reaksi, Bunsen, gelas kimia, gelas ukur, rak tabung, penjepit tabung, pembakar spirtus, pipet tetes.
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu putih telur dan reagen NaOH 10%, CuSO4, larutan ninhidrin, HNO3 pekat, NaOH 40% dll.

2.3.Prosedur Kerja
Pada praktikum uji kualitatif protein menggunakan 3 metode uji, yaitu :
1.      Uji biuret : 2 mL larutan uji ditambahkan dengan 1 mL larutan NaOH 10%. Setelah itu ditambahkan 2-3 tetes larutan CuSO4 akan terjadi warna ungu atau merah bila positif. Warna biru berarti negative.
2.      Uji ninhidrin : 3 ml larutan protein ditambahkan 10 tetes larutan ninhidrin. Panaskan 1-2 menit. Didiamkan sampai dingin akan terbentuk larutan biru.
3.      Uji xantoprotein : 2 ml larutan uji ditambah 1 ml HNO3 pekat. Panaskan selama 1 menit, kemudian dinginkan di air yang mengalir.,asukan NaOH  40% dalam tabung dengan perlahan-lahan dan hati-hati sampai terlihat perubahan warna. Warna orange atau kuning tua pada bidang pembatas menunjukkan reaksi positif.

III.            Hasil Pengamatan dan Pembahasan

3.1    Hasil Pengamatan


No.

Jenis uji


Perubahan warna

keterangan
1.
uji Biuret
Ungu
positif
2.
Uji ninhidrin
Ungu
Positif
3.
Uji xantoprotein
Orange
positif
   


 Gambar 1.1 arutan uji Ninhidrin



 Gambar 1.2  larutan Xantoprotein


             Gambar 1.3 larutan uji putih telur


                 Gambar 1.4 larutan uji biuret

3.2                Pembahasan
Pada praktikum uji kualitatif protein kami mengamati larutan uji putih telur dengan menggunakan 3 metode uji. Yaitu uji biuret, uji ninhidrin, dan uji xantoprotein.
Pada uji 1 yaitu uji biuret, tambahkan 2 ml larutan uji kedalam tabung reaksi, lalu tambahkan dengan 1 ml NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4, larutan menghasilkan warna ungu. Larutan uji positif mengandung peptida. Hal ini ditandai dengan perubahan larutan uji menjadi warna ungu. Menurut literatur uji biuret adalah salah satu metode analisis kualitatif protein yang digunakan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya ikatan peptida dalam suatu sampel. Adanya ikatan peptida mengidentifikasikan bahwa sampel tersebut mengandung protein. Prinsip dari uji biuret ini yaitu  ion Cu2+ akan bereaksi dengan ikatan peptida dalam suasana basa. Ion Cu2+  yang bereaksi dengan ikatan peptida akan membentuk senyawa kompleks atau polipeptida warna ungu yang merupakan indikator hasil uji positif pada uji biuret. Dapat disimpulkan bahwa pada uji biuret ini positif mengandung peptida.
Uji kedua yaitu uji ninhidrin. Tambahkan 10 tetes larutan ninhidrin kedalam 3 ml larutan uji, kemudian panaskan 30 detik – 1 menit. Larutan berubah menjadi warna ungu muda. Larutan uji positif mengandung asam amino. Hal ini ditandai dengan berubahnya warna menjadi warna ungu. Menurut literatur uji Ninhidrin terjadi apabila ninhidrin dipanaskan bersama asam amino maka akan terbentuk kompleks berwarna. Asam amino dapat ditentukan secara kuntitatif dengan jalan menggunakan intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi asam amino tersebut. Pada reaksi ini dilepaskan CO2 dan NH4 sehingga asam amino dapat ditentukan secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO2 dan NH3 yang dilepaskan. Prolin dan hidroksi prolin menghasilkan warna kompleks yang berbeda warnanya dengan asam amino lainnya. Kompleks berwarna yang terbentuk mengandung dua molekul ninhidrin yang bereaksi dengan ammonia yang dilepaskan pada oksidasi asam amino. Hasil uji positif pada uji ninhidrin diberikan pada asam amino yang mengandung asam α-amino dan peptida yang memiliki gugus α-amino yang bebas. Dapat disimpulkan pada uji ninhidrin ini positif mengandung asam amino.
Uji terakhir yaitu uji xantoprotein. Tambahkan 2 ml larutan uji putih telur kedalam tabung reaksi. Lalu tambahkan HNO3 pekat sebanyak 1 ml. panaskan selama 1 menit, lalu dinginkan di air mengalir. Tambahkan NaOH 40%  kedalam larutan tetes demi tetes hingga larutan berubah warna. Larutan berubah warna menjadi orange. Larutan uji positif terdapat asam amino yang memiliki cincin benzen aktif. Hal ini ditandai dengan berubahnya warna orange pada larutan uji. Menurut literatur Uji xantoprotein dapat digunakan untuk menguji atau mengidentifikasi adanya senyawa protein  karena uji xantoprotein dapat menunjukan adanya senyawa asam amino yang memiliki cincin benzene seperti fenilalanin, tirosin, dan tripofan. Langkah pengujianya adalah larutan yang diduga mengandung senyawa protein ditambahkan larutan asam nitrat pekat sehingga terbentuk endapan berwarna putih. Apabila larutan tersebut mengandung protein maka endapat putih tersebut apabila dipanaskan akan berubah menjadi warna kuning. Dapat disimpulkan bahwa uji xantoprotein ini mengandung asam amino yang memiliki cincin benzene.

IV.            Kesimpulan
Dalam praktikum uji kualitatif protein pada putih telur dengan menggunakan uji biuret hasil positif ditandai dengan perubahan menjadi warna ungu yang menandakan terdapat peptida. Pada uji ninhidrin hasil positif, ditandai dengan berubah warna menjadi ungu yang menandakan terdapat asam amino. Kemudian pada uji xantoprotein hasil positif ditandai dengan berubah warna menjadi orange yang menandakan terdapat asam amino yang memiliki cincin benzene.

V.            Daftar Pustaka
Deman, M. John. 1997, Kimia Makanan,  Institut Teknologi Bandung : Bandung.
Fried, G. H. dan Hademenos, G. J., 2006, Schaum’s Outlines Biologi Edisi Kedua. Eralangga :Jakarta.
Kuchel, P. dan Ralston G. B., 2006, Biokimia Schaum’s Easy Outlines, Penerbit    Erlangga : Jakarta.
Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar, Lembah Harapan Press : Makassar.
Page, D., S., 1998, Prinsip-prinsip Biokimia, Erlangga : Jakarta.

test unit sistem pernafasan

https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSe1DIfmKoqmknUr5BwIlDrPbSCCFsnz7wtUSTZOxKsipNfwgg/viewform?usp=sf_link